Mengapa Di Jepang Hampir Tidak Ada Gelandangan? Sebuah Fenomena Sosial yang Menarik



 Mengapa Di Jepang Hampir Tidak Ada Gelandangan? Sebuah Fenomena Sosial yang Menarik

Mengapa Di Jepang Hampir Tidak Ada Gelandangan? Sebuah Fenomena Sosial yang Menarik -Jika kamu pernah jalan-jalan ke Jepang, terutama ke kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, atau Kyoto, kamu mungkin akan menyadari satu hal yang cukup mencolok: hampir tidak terlihat adanya gelandangan di pinggir jalan. Jalanan bersih, taman tertata rapi, dan trotoar nyaris kosong dari tenda-tenda liar atau orang yang tidur di bawah jembatan. Ini kontras dengan pemandangan yang sering kita temui di kota-kota besar di negara lain, termasuk di Indonesia, Amerika Serikat, atau negara-negara Eropa.

Baca juga : 

Survei Terbaru: 70% Wanita Jepang Memilih Bahagia Jomblo dan Wibu vs Anime Lover: Apa Bedanya?


Lalu, pertanyaannya: Apakah benar di Jepang tidak ada gelandangan? Dan kalau pun ada, kenapa mereka seolah tidak terlihat? Mari kita bahas satu per satu fenomena sosial yang menarik ini.

1. Jepang Bukan Tanpa Gelandangan

Pertama-tama, penting untuk diluruskan: gelandangan memang ada di Jepang. Tapi jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain. Menurut data dari Kementerian Kesejahteraan Jepang, pada tahun 2022 hanya tercatat sekitar 3.400 orang gelandangan di seluruh Jepang. Bandingkan dengan kota-kota besar seperti Los Angeles yang memiliki lebih dari 60.000 homeless!

Namun yang membuat Jepang unik adalah: para gelandangan di sana tidak mencolok. Mereka cenderung hidup sangat tertib, tidak mengganggu, dan tidak memaksa orang lain. Bahkan, mereka sering memilih tempat-tempat tersembunyi seperti taman saat malam, kolong jembatan yang tidak ramai, atau sudut stasiun yang sepi. Mereka biasanya tidak meminta-minta dan bahkan menjaga kebersihan area tempat tinggal mereka.

2. Budaya "Malu" dan Etika Sosial

Salah satu alasan kuat mengapa fenomena gelandangan di Jepang berbeda adalah faktor budaya. Dalam masyarakat Jepang, ada budaya yang sangat kuat soal rasa malu (haji) dan pentingnya menjaga wajah (tatemae) di depan publik. Menjadi gelandangan bisa dianggap sebagai kegagalan pribadi yang memalukan, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga. Akibatnya, banyak orang yang jatuh miskin tetap berusaha tampil layaknya orang biasa, meski sebenarnya hidup dalam kondisi sulit.

Banyak gelandangan yang tidak terlihat karena mereka tetap berusaha mempertahankan rutinitas normal. Ada yang tidur di manga kafe, mandi di sento (pemandian umum), dan tetap menjaga pakaian agar terlihat rapi. Ini membuat mereka tidak mudah dikenali oleh orang awam.

3. Sistem Kesejahteraan Sosial yang Cukup Baik

Jepang memiliki sistem kesejahteraan sosial yang cukup kuat, meskipun tidak sekomprehensif negara-negara Skandinavia. Ada bantuan sosial untuk orang-orang yang kehilangan pekerjaan, tunjangan pengangguran, hingga subsidi sewa untuk keluarga kurang mampu. Pemerintah daerah juga menyediakan shelter dan makanan gratis untuk orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.

Tapi tentu saja, untuk mengakses bantuan ini ada syarat dan proses administratif yang ketat. Beberapa gelandangan memilih tidak mengambil bantuan karena rasa malu atau trauma sosial. Tapi yang jelas, negara hadir untuk memberikan solusi preventif.

4. Peran Komunitas dan Relawan

Di Jepang, banyak LSM dan komunitas relawan yang sangat aktif membantu para homeless. Misalnya, di Tokyo ada organisasi seperti Sanyukai atau Tenohasi yang secara rutin membagikan makanan, obat-obatan, dan bahkan menyediakan konsultasi medis dan hukum gratis.

Relawan juga membantu para gelandangan untuk kembali mendapatkan identitas (karena banyak dari mereka yang kehilangan dokumen penting), agar bisa mengakses layanan pemerintah.

5. Gelandangan "Modern": Fenomena Net Cafe Refugee

Menariknya, Jepang punya istilah baru yaitu "netto kafe nanmin" atau "pengungsi warnet". Ini adalah orang-orang yang kehilangan rumah atau tidak punya cukup uang untuk menyewa apartemen, tapi masih mampu menyewa ruangan kecil di internet cafe 24 jam. Mereka tidur, mandi, bahkan bekerja dari sana.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa meskipun secara visual mereka tidak seperti gelandangan yang hidup di jalanan, secara sosial dan ekonomi mereka termasuk kelompok rentan. Namun, karena mereka "bersembunyi" di ruang-ruang pribadi seperti warnet, publik tidak menyadari eksistensi mereka.

6. Urban Planning dan Penanganan Pemerintah

Pemerintah Jepang secara aktif menangani isu gelandangan lewat kebijakan urban planning. Tempat umum seperti taman dan stasiun didesain agar tidak bisa digunakan sebagai tempat tidur. Misalnya, bangku taman yang diberi sandaran tangan di tengah agar tidak bisa dipakai untuk rebahan.

Selain itu, kebijakan "persuasif" seperti pendekatan oleh petugas sosial dan kebersihan rutin oleh pemerintah daerah membuat area publik tetap bersih dari tenda-tenda liar. Pendekatan ini bukan pengusiran kasar, tapi lebih ke arah pemindahan dan pemberian solusi alternatif.

7. Kehidupan Setelah Pensiun dan Krisis Isolasi

Walaupun tingkat gelandangan tampak rendah, Jepang menghadapi masalah isolasi sosial, terutama pada lansia. Banyak orang tua yang hidup sendiri, tidak punya keluarga, dan secara ekonomi pas-pasan. Mereka mungkin tidak hidup di jalanan, tapi hidup dalam keterasingan. Dalam beberapa kasus ekstrim, lansia yang kehabisan uang justru sengaja mencuri agar bisa masuk penjara dan mendapat tempat tinggal serta makanan.

Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan sosial tidak selalu terlihat dari jumlah gelandangan saja, tapi juga dari kualitas hidup orang-orang yang secara ekonomi dan sosial terpinggirkan.


Kesimpulan

Jadi, mengapa di Jepang hampir tidak ada gelandangan? Jawabannya kompleks: karena budaya malu yang kuat, sistem kesejahteraan yang cukup baik, peran relawan, serta cara hidup gelandangan yang tidak mencolok. Mereka ada, tapi seringkali tidak terlihat.

Namun ini bukan berarti Jepang bebas dari masalah sosial. Isolasi, kemiskinan tersembunyi, dan tekanan sosial yang tinggi tetap menjadi tantangan serius. Tapi yang jelas, cara Jepang menangani masalah gelandangan adalah kombinasi antara budaya, kebijakan, dan kesadaran kolektif. Sesuatu yang bisa kita pelajari bersama.


Kamu tertarik membahas lebih lanjut budaya dan sisi sosial Jepang lainnya? Jangan lupa ikuti terus konten egagology ya!



0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama