Kaum Eldia Ternyata Terinspirasi dari Yahudi? Fakta yang Nggak Banyak Orang Tahu
Kaum Eldia Ternyata Terinspirasi dari Yahudi? Fakta yang Nggak Banyak Orang Tahu
Kaum Eldia Ternyata Terinspirasi dari Yahudi? Fakta yang Nggak Banyak Orang Tahu - Buat para fans Attack on Titan alias AoT, nama “Eldia” pasti udah akrab banget di telinga. Mereka ini adalah ras manusia yang bisa berubah jadi Titan. Kekuatan mereka gede banget, dan dalam sejarahnya, mereka pernah menguasai dunia. Tapi setelah kerajaan Eldia jatuh, para Eldian yang tersisa hidup dalam tekanan, diskriminasi, dan penindasan dari bangsa Marley yang berkuasa.
Tapi yang menarik, di balik cerita epik dan konflik Titan yang mendebarkan, ada lapisan dalam dari dunia AoT yang sebenarnya terinspirasi dari sejarah dunia nyata. Salah satu teori yang cukup kuat dan sering dibahas di kalangan penggemar adalah bahwa kaum Eldia ini terinspirasi dari kisah kaum Yahudi di dunia nyata.
Hah? Eldia itu Yahudi? Serius?
baca juga
Iya. Tapi tenang dulu, ini bukan asal tebak atau teori konspirasi. Banyak detail dalam cerita AoT yang seolah-olah menggambarkan ulang sejarah umat manusia—terutama bagian-bagian kelamnya. Dan kebetulan, kisah Eldia punya kemiripan yang cukup kuat dengan perjalanan sejarah Yahudi, khususnya di masa-masa kelam Eropa.
Tapi ingat ya, ini bukan berarti Hajime Isayama (mangaka AoT) secara langsung menulis “Eldia adalah Yahudi.” Ini lebih ke arah inspirasi dan simbolisme. Jadi mari kita bahas, pelan-pelan, dengan gaya santai tapi tetap serius.
Sejarah Eldia dalam Dunia AoT
Pertama-tama, mari kita rekap singkat sejarah Eldia.
Jadi, ribuan tahun lalu, ada seorang perempuan bernama Ymir Fritz yang mendapat kekuatan Titan. Setelah itu, ia menggunakan kekuatan itu untuk membangun kerajaan Eldia yang super kuat. Kerajaan ini menaklukkan banyak wilayah dan menindas bangsa-bangsa lain. Mereka bahkan menggunakan kekuatan Titan sebagai alat perang.
Setelah Ymir meninggal, kekuatan Titan terbagi menjadi sembilan, dan masing-masing diwariskan turun-temurun dalam keluarga kerajaan dan keluarga bangsawan Eldia. Selama ratusan tahun, Eldia memerintah dengan tangan besi, sambil terus memanfaatkan Titan sebagai senjata.
Tapi semua kejayaan itu runtuh ketika bangsa Marley berhasil melakukan pemberontakan dan merebut kekuasaan. Marley lalu jadi negara superpower baru, sementara Eldia dijatuhkan dari tahtanya. Yang tersisa dari kaum Eldia dibuang, dikurung, dan dianggap sebagai ancaman bagi dunia.
Beberapa Eldian yang tersisa tinggal di Pulau Paradis, dilindungi oleh tembok raksasa. Sementara Eldian lain yang masih tinggal di wilayah Marley dipaksa hidup dalam lingkungan terbatas, dikontrol ketat, dan terus-menerus dicurigai.
Nah, dari sini, cerita jadi makin kelam. Mereka hidup dalam diskriminasi berat, selalu dianggap sebagai musuh dalam selimut, dan bahkan dijadikan alat propaganda negara.
Gambaran Kehidupan Eldian di Marley
Di wilayah Marley, kaum Eldia benar-benar hidup dalam tekanan. Mereka nggak punya kebebasan sepenuhnya. Mereka tinggal di zona khusus, diisolasi dari warga Marley asli, dan diawasi ketat oleh aparat negara. Bahkan anak-anak Eldia sejak kecil sudah dicekoki rasa bersalah atas “dosa nenek moyang mereka.”
Setiap Eldian di Marley wajib mengenakan tanda khusus di lengan mereka. Pita lengan ini menunjukkan bahwa mereka adalah “ras Eldia,” berbeda dari warga Marley biasa. Tanda ini bikin mereka gampang dikenali, sekaligus jadi alat untuk mempermalukan dan memisahkan mereka dari masyarakat.
Kehidupan mereka penuh dengan ketakutan. Mereka bisa dituduh macam-macam hanya karena darah mereka. Mereka diawasi, dibatasi, dan selalu dianggap berbahaya. Bahkan untuk menjadi warga “baik” pun, mereka harus membuktikan diri dengan cara-cara ekstrem—misalnya dengan menjadi pejuang Titan untuk Marley.
Ironis, karena mereka sebenarnya hanya ingin hidup damai. Tapi sejarah dan warisan darah membuat dunia terus-menerus mengutuk mereka.
Simbolisme Sejarah yang Diselipkan
Nah, bagian inilah yang bikin banyak orang mengaitkan Eldia dengan sejarah Yahudi. Gaya hidup dalam pengasingan, penggunaan pita lengan, penindasan sistematis, hingga doktrin bahwa mereka adalah “ancaman karena darah mereka” sangat mirip dengan apa yang terjadi di masa lalu.
Tentu saja, ini bukan kebetulan semata. Hajime Isayama dikenal sebagai penulis yang sangat detail dalam membangun dunia. Banyak elemen dalam AoT yang tampak seperti alegori dari peristiwa sejarah nyata. Dan dalam membentuk karakterisasi kaum Eldia, Isayama tampaknya terinspirasi dari tragedi-tragedi yang dialami kelompok-kelompok minoritas di dunia nyata.
Ia berhasil meramu kisah fiksi fantasi gelap dengan nuansa sejarah yang dalam. Bukan cuma tentang monster atau pertempuran, tapi juga tentang trauma sejarah, diskriminasi, dan perjuangan manusia untuk bebas dari stigma.
Tema “Dosa Leluhur” yang Menyakitkan
Salah satu tema paling kuat dalam cerita Eldia adalah soal “dosa leluhur.” Mereka dipaksa menanggung dosa nenek moyang mereka yang pernah menggunakan Titan untuk menindas bangsa lain. Meskipun generasi Eldia yang hidup sekarang tidak pernah melakukan kejahatan itu, mereka tetap dianggap bersalah.
Ini menciptakan konflik batin yang mendalam. Banyak karakter muda seperti Reiner, Annie, bahkan Gabi, tumbuh dengan rasa bersalah dan kebingungan. Mereka tidak tahu apakah mereka harus membenci diri sendiri, membenci Marley, atau membenci sejarah itu sendiri.
Dan dari sinilah muncul tokoh-tokoh kompleks yang ingin menghancurkan siklus itu. Ada yang ingin balas dendam. Ada yang ingin damai. Ada yang ingin menghapus semua memori agar tak ada yang saling membenci lagi.
Konflik batin ini adalah refleksi dari perasaan banyak orang yang merasa lahir dengan “dosa sejarah” yang tidak mereka lakukan, tapi tetap harus mereka tanggung. Ini jadi salah satu lapisan emosional terdalam dari AoT.
Paranoia Dunia Terhadap Eldia
Dunia di luar Marley dan Paradis juga tidak mempercayai Eldia. Mereka percaya bahwa selama Eldian masih ada, ancaman Titan akan terus menghantui. Meskipun ada upaya untuk berdamai, ketakutan itu begitu dalam hingga semua pihak lebih memilih melakukan genosida atau senjata pemusnah massal demi menghapus ras Eldia dari muka bumi.
Di sinilah kita melihat betapa kuatnya narasi ketakutan bisa meracuni logika manusia. Sekalipun sebagian Eldia sudah hidup damai, ketakutan kolektif tetap membuat dunia ingin memusnahkan mereka.
Dan hal ini terasa sangat relevan dengan dunia nyata, di mana rasa takut terhadap kelompok tertentu bisa menciptakan kebijakan ekstrem, perang, bahkan genosida. AoT menyentil hal itu dengan tajam tapi tetap menyelipkan emosi di dalamnya.
Kritik Sosial Lewat Dunia Fantasi
AoT, meskipun dikemas sebagai anime aksi dan survival, sebenarnya adalah cermin dari dunia nyata. Isayama memakai dunia fiksi untuk menyampaikan kritik terhadap nasionalisme ekstrem, propaganda, dan pengulangan sejarah yang menyakitkan.
Lewat Eldia, kita diajak merenungkan: apakah warisan sejarah itu harus jadi beban selamanya? Apakah seseorang harus dihukum karena dosa nenek moyangnya? Apakah balas dendam akan menyelesaikan masalah, atau justru memperpanjang siklus penderitaan?
Lewat pertanyaan-pertanyaan itu, AoT mengajak kita berpikir lebih dalam. Tidak sekadar soal siapa jahat dan siapa baik, tapi tentang bagaimana sejarah, identitas, dan trauma bisa membentuk pandangan dan tindakan manusia.
Isayama dan Inspirasi dari Dunia Nyata
Hajime Isayama memang tidak pernah secara eksplisit menyebut bahwa Eldia adalah representasi dari Yahudi. Tapi dia sering mengakui bahwa banyak elemen cerita AoT terinspirasi dari sejarah dunia nyata, khususnya era Perang Dunia, konflik rasial, dan ketakutan kolektif masyarakat.
Dalam beberapa wawancara, Isayama bahkan mengaku suka membaca buku sejarah dan perang. Dari situ, dia meramu kisah-kisah kelam manusia menjadi cerita epik yang menggugah emosi.
Dan hasilnya? Sebuah kisah yang bukan hanya seru secara aksi, tapi juga menyentuh secara emosional dan intelektual. Cerita tentang Titan jadi jauh lebih dalam dari sekadar monster besar yang menyerang manusia.
Akhir Kata: Lebih dari Sekadar Anime
Jadi, apakah Eldia benar-benar adalah Yahudi?
Secara literal, tentu tidak. Tapi sebagai simbol, sebagai cerminan dari kelompok yang pernah mengalami penindasan, diskriminasi, dan dijadikan kambing hitam karena identitas mereka, Eldia adalah pengingat yang sangat kuat.
AoT membuktikan bahwa anime bisa lebih dari sekadar hiburan. Ia bisa jadi jendela untuk memahami sejarah, menyelami sisi gelap manusia, dan merenungkan apa yang bisa kita pelajari agar sejarah kelam tidak terulang lagi.
Dan kalau kamu nonton AoT lagi dari awal, setelah tahu semua ini, dijamin kamu akan melihat kisahnya dengan cara yang berbeda.
Eldia bukan cuma soal Titan. Eldia adalah cerita tentang manusia—dan bagaimana dunia kadang gagal melihat mereka sebagai manusia juga.
Tidak ada komentar