Hot Article

Thariq bin Ziyad, sang Jendral berjuluk Taric el Tuerto yang melegenda

Thariq bin Ziyad,  sang Jendral berjuluk Taric el Tuerto yang melegenda

Bila Lu bertanya pada Gue tentang, Hero-Hero mana yang paling Gue favoritkan dalam sejarah?. So, pasti Gue akan memilih Khalid bin Walid di urutan pertama, dan di urutan kedua sudah pasti ada nama seorang Sultan bernama Muhammad Al-Fatih sebagai salah satu panglima yang Gue favoritkan. Dan yang ketiga adalah Saladin sang penakluk Yerusalem. Mengapa? Karena ketiga orang itu sudah bisa di pastikan sangat cerdas dalam mengambil strategi dalam berperang, selain itu mereka juga tangguh dalam pertarungan adu pedang dan kekuatan. Namun, hati mereka juga lembut karena kepatuhan mereka pada Agama.
Namun, kalau kita berbicara tentang Hero mana yang paling melegenda baik itu melegenda di kalangan Muslim sendiri  maupun kalangan Barat. Sudah pasti kita harus menyebutkan satu nama yang namanya terbukti paling mahsyur di daratan Eropa, khususnya di daratan wilayah Spanyol dan sekitarnya.

Thariq bin Ziyad adalah satu diantara beberapa Panglima Islam yang bukan berasal dari kalangan orang Arab. Dia adalah orang Barbar yang berasal dari Maroko. Orang tuanya sendiri berasal dari kabilah Nafzah. Ia lahir pada tahun 670 M atau bertepatan pada tahun 50 H di daerah Kenchela, Aljazair.
Tak banyak catatan yang menceritakan tentang masa kecilnya. Masa kecilnya biasanya hanya di ceritakan seperti masa kecil anak-anak Islam pada  saat itumumnya padau. Yaitu belajar membaca, menulis, menghafal Al-Qur'an, menghafal Hadist dan lain sebagainya.

 Sebelum namanya di kenal luas sebagai panglima besar Islam. Ia pernah menjadi budak seorang gubernur Maroko, Afrika Utara di bawah Pemerintahan Khalifah Al-Walid dari Kekhalifahan Bani Umayyayyah.  Thariq akhirnya di bebaskan dari perbudakan setelah Musa melihat potensi yang ada pada diri Thariq sebagai panglima besar, ia lalu di masukkan ke dalam pasukan tentara Kekhalifahan Bani Umayyah di bawah pimpinan langsung gubernur Musa bin Nusayr.

Beberapa sejarawan mencatat bahwa Thariq memiliki banyak versi nama, namun nama itu pun hanya berbeda pada nama bin dan nashab nya saja. Diantara versi-versi terasebut adalah
1.Versi  seorang geografer Muslim bernama Al-Idrisi di abad ke 12 menyebut nashab Thariq dengan nama Thariq bin Abdullah bin Wanamu Al- Zanati
2.Versi penulis sekaligus sejarawan,Ibnu Idhari menyebut nashab Thariq sebagai  Thariq bin Ziyad bin Abdullah  bin Walghu bin Warfajum bin Nabarghasan bin Walhas bin Yatufat bin Nafzaw.
3.Ibnu Adhari juga menyebut Thariq  sebagai Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Rafhu bin Warfajum bin Yanzghasan bin Walhas bin Yatufat bin Nafzaw.

Hingga pada tahun 711 M, perkembangan Islam di daratan Arab dan Afrika seluruhnya telah berada di tangan genggaman Ummat Islam. Hanya tinggal daratan Eropa dan semenanjung Liberia saja yang belum tersentuh oleh cerahnya dakwah Islam. Ganasnya lautan dan tidak berpengalamannya Ummat Islam dengan daratan Eropa, menjadi penyebab terhambatnya dakwah Islam di sana.

Namun, sebuah takdir berkata lain. Disuatu ketika di kediaman Musa bin Nusayr. Datanglah seorang gubernur dari wilayah Ceuta yang merupakan daerah otonomi Visigoth. Ceuta sendiri, sudah lama menjalin perjanjian damai dengan Kekhalifahan.
Asal kalian tahu, Visigoth adalah Kerajaan yang memerintah Spanyol dan semenanjung Liberia pada saat itu. Diketahui, gubernur Ceuta yang bernama Julian itu meminta Musa untuk membantunya menyerang Kerajaan Visigoth. Hal ini di karenakan ia dendam pada raja Visigoth yang bernama Roderick, karena di ketahui bahwa Roderick telah menodai dan memperkosa putrinya yang bernama Florinda. Florinda sendiri di kirim ke Istana Roderick oleh Julian, dengan tujuan untuk mempelajari sesuatu di sana dan guna mempererat hubungan Ceuta dan Visigoth.
Setelah, Julian berhasil menarik kembali Florinda dari Istana Roderick dengan memberikan alasan bahwa, ibu Florinda sedang sakit parah sehingga Florinda dimintai untuk menemaninya. Julian lalu membuat keputusan penting dengan bekerja sama dengan Musa untuk menyerang Visigoth.

Tentu saja, Musa tidak menyetujui hal itu begitu saja. Banyak pertimbangan yang harus dia fikirkan, baik hal teknis maupun nonteknis. Lagipula, kaum Muslim belum sama sekali mengenal daerah tersebut. Karena, belum ada satupun utusan Kekhalifahan yang berhasil menembus kerajaan tersebut. Tetapi karena melihat kesungguhan Julian yang dengan rinci memberikan titik titik kelemahan pasti daerah kerajaan tersebut , Musa pun memberikan syarat dengan meminta Julian untuk menyerang salah satu daerah di semenanjung Liberia tersebut untuk membuktikan kesungguhannya. Julian pun menuruti permintaan itu, dan ia pun menyerang Algeciras dengan pasukan kecil, dan keesokan harinya ia berhasil membawa pula harta rampasanya yang sangat banyak dan menunjukkannya pada Musa.
Musa pun mempercayainya dan dengan segera ia mengirim surat dan meminta izin pada  Khalifah Al-Walid di Damaskus untuk bisa membebaskan Semenanjung Liberia tersebut.
Balasan Khalifah pun tiba, namun hal yang di harapkan masih belum di izinkan. Khalifah Al-Walid malah memberikan perintah untuk "hendaknya mengirim pasukan kecil dahulu sebagai mata-mata" dan Khalifah Al-Walid memperingatkan untuk berhati-hati pada ganasnya lautan.

Lalu, pasukan kecil yang dipimpin oleh Tarif bin Malik pun dikirimkan. Tarif berangkat dengan membawa 500 tentara dan 100 penunggang kuda, berangkat dengan 4 buah kapal dan mendarat di pulau bagian selatan Semenanjung Liberia, dan sampai saat ini daerah itu di sebut sebagai daerah Tarifa atau singkatan dari Tatif bin Malik. Tarif pun juga berhasil melaksakan tugas itu dengan baik dan membawakan harta rampasan perang yang banyak kepada Musa.

Pada bulan sya'ban tahun 92 H atau bertepatan pada tahun 711 M, Musa   menunjuk Thariq  bin  Ziyad untuk menjadi pemimpin 12000 pasukan yang berangkat menuju Semenanjung Liberia. Mayoritas dari pasukan itu adalah dari orang-orang bangsa Berber dan sebagian kecil atau tepatnya 300 dari orang bangsa Arab dan 700 orang bangsa Afrika, sedangkan Julian,   sang  Raja Ceuta bertugas  sebagai penunjuk jalan.
Mereka berangkat pada malam hari menggunakan kapal milik Julian, untuk menyamarkan pasukan dan tidak membuat curiga musuh.
Pada saat itu, Thariq dan para pasukan beristirahat sebentar. Thariq pun tertidur dan bermimpi bertemu Rosulullah yang dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshor. Rosul pun bersabda pada Thariq yang berbunyi " janganlah gentar, wahai Thariq , sempurnakanlah apa yang di takdirkan bagimu untuk melakukannya!"
Mimpi ini jelas saja menambah semangat Thariq dalam menggapai kemenangan dan menaklukan kerajaan Visigoth di depan mata. Thariq pun menceritakan mimpi ini pada pasukannya.
Akhirnya, mereka berlabuh di sebuah daerah bernama Calpe, yang kelak namanya akan di ubah menjadi jabal Thariq atau Gibraltar. sesampainya disana, Thariq memerintahkan pada pasukannya untuk membakar kapal-kapal mereka. Lalu ia pun meneriakkan pidato dan syair pembakar  semangat di depan para pasukannya. Dan tibalah saat untuk mengerang.

Roderict yang mendapatkan surat laporan dari bawahannya, bahwa wilayah kerajaannya telah di serang pun tak tinggal diam. Dia menyiapkan 70000 pasukan untuk menghalau serangan Thariq.
Pada, tanggal 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan tanggal 18  Juli 711M, kedua pasukan bertemu di lembah Lakkah. Dan seperti yang kita ketahui, Roderick menderita kekalahan telak.

Salah satu penyebab kekalahan Roderick adalah banyaknya para pemberontak yang mendukung pasukan Thariq melawan Roderick. Diantaranya adalah suku-suku Yahudi yang di tindas Roderick, keluarga raja Visigoth sebelumnya, yaitu Witiza yang terkena kudeta militer oleh Roderick, lalu pasukannya sendiri yang akhirnya banyak membelot balik memeranginya..

Wallahu'alam bisshowab.

Tidak ada komentar