Hot Article

Syaifuddin Qutuz, persimpangan antara 2 catatan sejarah yang menakjubkan

Syaifuddin Qutuz, persimpangan antara 2 catatan sejarah yang  menakjubkan


Sejarah Islam bagi Gue, selalu menarik untuk di perbincangkan. Gue selalu bisa di buat takjub dengan bagaimana sistem pemerintahan Islam menegakkan toleransi beragama di dalamnya. Gue juga selalu takjub bagaimana Islam mengubah sebuah peradaban udik nan jauh dari hingar bingar peradaban maju, menjadi sebuah kerajaan dengan sejuta penemuan-penemuan paling penting di dunia.
Namun diantara banyaknya historis indah dari peradaban Islam yang sudah terukir, ada 2 moment yang menurut Gue sangat unik dan hanya bisa di temukan dalam peradaban Islam saja. Yaitu peristiwa konversi para pasukan Mongol ke dalam barisan Ummat Islam dan naik tahtanya para budak budak Mamluk yang menguasai Mesir dan sekitarnya.Thomas Walker Arnold, seorang sejarawan dan orientalis asal Inggris pun sampai keheranan bukan main, semua itu di utarakan Dalam bukunya yang berjudul The Preaching of Islam. Di buku tersebut dia mengutarakan kekagumannya, keheranannya sekaligus rasa ingin tahu mendalam tentang sejarah Islam yang bisa di bilang, sangatlah unik ini. Dia bahkan tak sungkan memuji para pendakwah Islam, dan kesabaran mereka. Sehingga bisa menaklukan hati-hati suku Mongol yang terkenal keras dan kuat.

Untuk poin ke satu ini, kita pastinya sudah pada taulah bagaimana hebatnya tentara Mongol, bagaimana kejamnya pasukan Mongol, dan bagaimana besarnya daerah kekuasaan Kekaisaran Mongol di bawah kepemimpinan Gengis Khan dan para keturunannya. Tak perlu di sebutkan lagi dah buktinya, semua tercatat dalam catatan kelam dunia, dimana Baghdad sebagai ibukota Kekhalifahan Abbasiyah luluh lantak. dalam sebuah pembantaian, Rusia rata dengan tanah, dan China berganti lembaran Dinasti. Mongol yang sejatinya hanyalah kumpulan para suku-suku barbar berubah menjadi sebuah kekaisaran besar. Namun, karena mereka pada hakikatnya tidaklah pandai dalam menjalankan roda pemerintahan dan administratif dengan luas wilayah yang membentang dari Asia hingga Eropa, maka direkrutlah para sarjana-sarjana Islam dari luar Baghdad  untuk mengisi kekosongan itu. Hasilnya, boom. Setengah dari kekuasaan Mongol menjadi direbut Ummat Islam tanpa harus adanya peperangan.

Lalu, kisah unik lainnya yang tercatat dengan rapih hikayat sejarah Islam adalah naiknya pasukan Mamluk menjadi penguasa sebuah negri dan mendirikan dinasti merekan sendiri di Mesir. Memang kenyataannya, para Mamluk yang sejatinya adalah para budak-budak belian ini telah mempunyai kendali politik yang besar, mulai dari saat Khalifah Al- Mu'tashim mangkat dari jabatannya sebagai Khalifah Abbasiyah. Namun pengaruh mereka hanya pada kekuatan militer saja, tak lebih dari itu. Selain itu, mereka juga menguasai sistem pemerintahan di India dan Suriah. Namun, Mesir adalah satu-satunya dimana Dinasti Mamluk benar-benar berkuasa sebagai kepala Negara yang resmi dan secara De Facto menguasai Mesir dan Suriah.
Kenapa ini cukup mengherankan? Karena tradisi ini hanya bisa terjadi di linkungan Masyarakat Islam saja, dimana status Budak dan orang merdeka hampir tak dapat di bedakan dari segala sisi. Bahkan, di masa Dinasti Ayyubiah status mereka seolah berada diatas orang merdeka pada umunya. Padahal sekali lagi saya tekankan bahwa, mereka ini hanyalah budak.

Setelah menggulingkan Dinasti Ayyubiah, Dinasti Mamluk malah terpecah dalam 2 kekuatan besar yang menguasai dua wilayah yang berbeda. Yaitu, Dinasti Mamluk yang dipimpin Sultan Syaifuddin Qutuz di Mesir dan Dinasti Mamluk yang di pimpin oleh seorang Jendral Mamluk bisa yang berhasil membunuh satu-satunya penerus tahta Dinasti Ayyubiah, yaitu  Baybars yang menjadi Amir di Suriah.

Setelah Mongol berhasil membantai dan menguasai kekuasaan Khalifah di Baghdad. Mereka mulai satu persatu mencplok daerah-daerah yang pernah berada di bawah naungan Kekhalifahan Islam.
Dan sampai pada akhirnya, kota Allepo dan Damasku di Suriah di babat habis oleh Mongol. Baybars yang merupakan Amir dari Damaskus segera pergi ke Mesir untuk bergabung dengan pasukan Qutuz, yang juga merupakan saingan politiknya sebelum Mongol menyerang.
Qutuz dan Baybars sadar, jika mereka  mau mengalahkan pasukan Mongol, Mereka harus bersatu dan melupakan sejenak pertikaian mereka berdua.

Di sisi sebrang, Mongol telah siap dengan pasukan mereka di Damaskus. Hulagu Khan dengan cepat mengirimkan para  utusannyan ke Kairo, menyampaikan surat darinya yang isinya kurang lebih tentang perintah untuk segera menyerah dan menyerahkan Mesir pada Hulagu Khan. Bila tidak, Hulagu mengancam akan membantai para penduduk Mesir, seperti apa yang mereka lakukan pada Baghdad dan Damaskus.
Mendapat surat ancaman seperti itu, membuat para pengungsi yang mengungsi ke Mesir bersamaan dengan Baybars menjadi ketakutan. Karena mereka telah melihat sendiri bagaimana kejam dan bengisnya para pasukan dan panglima - panglima perang Mongol.
Qutuz pun menanyakan pendapat mereka dan juga mendiskusika hal ini pada para bawahan kerajaannya. Diskusi itu mengahilkan kesimpulan bahwa mereka haruslah melawan. Opsi itu dipilih dengan berbagai pertimbangan, dan karena rasa ketidakpercayaan mereka pada janji-janji Mongol. "Setidaknya kita tak akan di salahkan Rakyat, kalopun kita menang. Itu adalah sebuah berkah" ucap Qutuz.

Para utusan Mongol pun di penggal, dan kepalanya pun di pajang di depan gerbang utama Kerajaan, yang di beri nama Bab Zuwelia.
Baybars pun ikut andil dalam mempersiapkan pasukan ini. Berdasarkan informasi dari para pengungsi, Qutuz dan Baybars bisa mengetahui kelemahan - kelemahan dari pasukan Mongol, sehingga membuat mereka lebih Mudah dalam menyiapkan strategi yang pas, guna menghadapi pasukan Mongol tersebut.

Qutuz di untungkan oleh beberapa informasi itu. Selain itu, tekhnologi jelas menjadi salah satu pengaruh dalam mencapai kemenangan ini. Dimana, ini adalah untuk kali pertama teknologi meriam tangan di gunakan dalam peperangan. Dan para Mamluk-Mamluk inilah yang pertama kali mempergunakannya. Seperti di ketahui, teknologi ini nantinya akan di adopsi pula oleh pasukan Mongol ketika berusaha menaklukkan Jepang dan penggunaanya menyebar hingga akhirnya di gunakan oleh negara-negara Eropa.

Strategi yang matang, dan di sempurnakan pula dengan teknologi anyar. Membuat pasukan Mongol yang di komandoi oleh Kitbuqa khan. Sebenarnya,Hulagu khan yang pernah membantai Ummat Islam di Baghdad inilah yang memimpin pasukan yang sama, untuk Menaklukan Mesir. Namun sayangnya hal itu tak jadi di lakukan, karena ia mendapatkan kabar bahwa Khan agung yang memerintah seluruh wilayah Kekaisaran Mongol, yaitu Mongke Khan telah meninggal dunia.

Dan karena tradisi yang telah ada dalam kekaisaran Mongol. Para keturunan Gengish Khan, sang pencipta Kekaisaran Mongol harus berkumpul untuk memilih Khan Agung yang baru. Dia pun menarik pasukan utamanya dan meninggalkan sekitar 20000 pasukan yang akan di kirimkan ke Mesir, hal itu dilakukan karena ia sangat yakin kalau Mesir pasti akan menyerah dengan mudah.

Ketika berita ini sampai pada telinga Qutuz. Ia lalu memutuskan untuk menyerang lebih dulu, pasukan Mongol di luar benteng dan membiarkan bentengnya kosong tanpa pasukan. Namun, sebelum itu, ia telah bernegosiasi dengan pasukan salib untuk mau membantunya dalam hal persediaan logistik. Dengan janji, bahwa mereka akan melindungi mereka dari serangan Mongol, yang mana pada saat itu emang telah menjadi momok yang menakutkan bagi pasukan Salib di Eropa.

Pasukan Salib pun setuju. Dan seranganpun dimulai. Pertempuran itu terjadi pada tanggal 3 september 1260. Serangan mendadak Qutuz, telah mengejutkan pasukan Mongol yang juga telah bersiap untuk menyerang. Namun, kecerdikan strategi, dimana Baybars dan Qutuz menggunakan strategi yang biasa di gunakan oleh Mongol sendiri, lalu di kombinasikan dengan strategi jebakan, lalu di tambah dengan teknologi anyar dan pasokan logistik yang mumpuni. Akhirnya pasukan Mongol pun berhasil di kalahkan dan Kitbuqa pun tertangkap lalu kepalanya di penggal dan kelanya di tunjukkan pada pasukan Mongol yang tersisa. Mereka pun lari tunggang langgang.

Tidak ada komentar