Islam di Jepang: Kisah Tenang dari Negeri Matahari Terbit

Islam di Jepang: Kisah Tenang dari Negeri Matahari Terbit

 
Islam di Jepang: Kisah Tenang dari Negeri Matahari Terbit

Islam di Jepang: Kisah Tenang dari Negeri Matahari Terbit- Islam di Jepang: Kisah Tenang dari Negeri Matahari Terbit - Kalau kita ngomongin Jepang, apa sih yang langsung muncul di kepala? Mungkin samurai, anime, ramen, atau teknologi canggih. Tapi siapa sangka, di balik segala modernitas dan budaya uniknya, Jepang juga punya sejarah tersendiri tentang Islam.

Emang nggak banyak yang tahu, tapi Islam udah punya jejak yang cukup panjang di negeri sakura ini. Meskipun jumlah umat Muslim di Jepang masih kecil, kisah perjalanannya menarik banget buat dikulik.

Awal Mula: Bukan Baru Kemarin



Banyak orang mungkin berpikir bahwa Islam baru masuk ke Jepang belakangan ini karena pengaruh globalisasi atau migrasi. Tapi ternyata, benih-benih Islam sudah menyentuh tanah Jepang sejak akhir abad ke-19!

Waktu itu, Jepang baru saja melewati era isolasi panjang (zaman Edo) dan mulai membuka diri ke dunia luar lewat Restorasi Meiji (1868). Dunia lagi rame-ramenya menjalin relasi internasional, termasuk Jepang. Di masa inilah mulai datang para pedagang, diplomat, pelajar, dan pengelana dari berbagai penjuru dunia—termasuk dari negara-negara Muslim seperti India, Turki Utsmani, dan Asia Tengah.

Salah satu tokoh penting yang dianggap membuka gerbang Islam ke Jepang adalah Abdurreshid Ibrahim, seorang ulama Muslim dari Rusia berdarah Tatar. Tahun 1909, dia melakukan perjalanan ke Jepang dan menyebarkan dakwah Islam lewat dialog-dialog dan tulisan. Ia bahkan bertemu dengan sejumlah tokoh Jepang, termasuk tokoh militer dan intelektual, dan membahas kemungkinan hubungan dunia Islam dengan Jepang.

Menariknya, beberapa orang Jepang yang berinteraksi dengan Abdurreshid mulai tertarik dengan Islam—entah karena ajarannya, karena kagum dengan peradaban Islam, atau karena hubungan politik dengan dunia Muslim yang saat itu cukup strategis.

Masjid Pertama dan Komunitas Muslim Awal

Lompatan penting terjadi tahun 1935, ketika berdiri Masjid Kobe, yang menjadi masjid pertama di Jepang. Masjid ini didirikan oleh komunitas Muslim dari Asia Tengah dan India yang menetap di Jepang, khususnya di kawasan pelabuhan Kobe yang kosmopolit.

Masjid Kobe punya cerita unik. Saat Perang Dunia II meletus, banyak bagian kota Kobe hancur akibat serangan udara. Tapi masjid ini tetap berdiri kokoh, padahal bangunan di sekitarnya luluh lantak. Banyak orang menganggap itu sebagai mukjizat atau bukti perlindungan Tuhan terhadap rumah ibadah. Tapi ada juga yang bilang… ya, karena konstruksinya memang kuat banget!

Setelah itu, masjid lain pun berdiri, salah satunya yang paling terkenal sekarang: Tokyo Camii. Masjid ini awalnya dibangun oleh komunitas Turki dan kemudian direnovasi total menjadi masjid besar bergaya Ottoman yang megah dan artistik. Sekarang, Tokyo Camii bukan cuma tempat ibadah, tapi juga pusat budaya dan kegiatan Muslim yang terbuka untuk umum.

Masuknya Islam Lewat Studi dan Pergaulan

Setelah Perang Dunia II, Jepang mulai berkembang pesat secara ekonomi dan semakin terbuka terhadap dunia luar. Banyak mahasiswa dan pekerja dari negara-negara Muslim datang ke Jepang—ada yang untuk studi, kerja, atau tinggal lama. Mereka mulai membentuk komunitas Muslim kecil-kecilan, bahkan beberapa menikah dengan orang Jepang dan menetap selamanya.

Dari sinilah muncul fenomena mualaf Jepang—orang Jepang yang memeluk Islam setelah berinteraksi langsung dengan Muslim. Beberapa mualaf bahkan jadi tokoh penting dalam penyebaran Islam di Jepang. Salah satu yang paling dikenal adalah Umar Mita, orang Jepang pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an langsung dari bahasa Arab ke bahasa Jepang.

Nggak main-main, Umar Mita mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh. Ia nggak sekadar menerjemahkan, tapi juga memberi penjelasan kontekstual agar orang Jepang bisa memahami nilai-nilai Islam tanpa merasa asing. Usahanya ini jadi jembatan penting antara budaya Jepang dan dunia Islam.

Islam di Jepang Hari Ini

Hingga hari ini, jumlah Muslim di Jepang diperkirakan mencapai sekitar 200 ribu orang. Angka ini memang kecil dibanding total populasi Jepang yang mencapai lebih dari 125 juta jiwa. Tapi pertumbuhan komunitas Muslim cukup signifikan—baik dari kalangan imigran maupun warga Jepang asli.

Baca juga : Occultic Nine menjelaskan Jin secara Ilmiah Dan Sains dan Gojo and Geto in Jujutsu Kaisen Season 2: Reflections on the Value of Islamic Ethics for Teachers

Yang menarik, generasi muda Jepang kini lebih terbuka untuk mengenal Islam. Banyak universitas di Jepang punya fasilitas musholla, bahkan beberapa sudah menyediakan makanan halal di kantin. Restoran halal, termasuk ramen halal dan sushi halal, juga makin banyak bermunculan.

Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha juga diadakan di berbagai kota besar, dan pemerintah lokal mulai menyediakan ruang publik untuk kegiatan komunitas Muslim. Bahkan beberapa pemerintah daerah menyediakan informasi wisata halal buat turis Muslim.

Mualaf Jepang juga makin banyak, terutama perempuan yang tertarik setelah belajar budaya Timur Tengah, mengenal ajaran Islam lewat teman, atau membaca langsung Al-Qur’an versi Jepang.

Islam dan Jepang: Saling Menghargai

Meskipun Islam bukan agama mayoritas di Jepang, hubungan antara Muslim dan masyarakat Jepang relatif damai dan saling menghormati. Jepang dikenal sebagai negara dengan etos sopan santun dan toleransi tinggi—dan itu cocok banget dengan nilai-nilai Islam seperti kebersihan, kedisiplinan, serta kesederhanaan.

Tentu saja tantangannya masih ada. Seperti keterbatasan tempat ibadah, akses makanan halal di daerah terpencil, atau minimnya pemahaman masyarakat umum tentang Islam. Tapi dibanding beberapa dekade lalu, kondisi sekarang jauh lebih ramah dan terbuka.

Penutup: Jejak yang Tenang Tapi Mengakar

Islam di Jepang tumbuh pelan—nggak heboh, nggak meledak-ledak. Tapi justru di situlah keindahannya. Seperti bonsai, kecil tapi kuat. Akar-akar Islam di Jepang menembus perlahan lewat relasi antarmanusia, pendidikan, dan budaya.

Siapa tahu ke depan, Jepang jadi salah satu negara yang ikut menyumbang gagasan besar dalam dunia Islam. Karena pada akhirnya, kebenaran akan selalu menemukan jalannya—bahkan di negeri samurai sekalipun


Referensi dan Bacaan Lanjutan:

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama