Hot Article

Fakta: Sekulerisme bukanlah pemicu majunya peradaban suatu Negara

Fakta: Sekulerisme bukanlah pemicu majunya peradaban suatu Negara

Akhir-akhir ini sedang pemberitaan sedang hangat membahas tentang sekularisme dan komunis, hingga di mana-mana terjadi demo menentang perundang-undangan baru yang akan di rilis oleh para wakil Rakyat. Undang- undang yang dianggap beberapa orang sebagai undang undang yang mendukung adanya sekularisme di Indonesia itu tentu saja menjadi polemik dan pro kontra dimasyarakat.
Ada yang menganggapnya sebagai sebuah kemajuan dan sebuah langkah awal untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan berkembang. Namun di sisi lain ini justru akan menjadikan kericuhan di masyarakat, karena isi Undang-undang tersebut tidak sesuai dengan doktrin dan kultur di Masyarakat serta ketatanegaraan Indonesia.

Mengenal lebih jauh tentang sekulerisme, sekulerisme adalah sebuah ideologi yang pertama kali tercetus pada zaman Renaissance. Abad di mana, Negara-Negara Barat mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam bidang keilmuan dan peradaban dalam setiap sendi kehidupan mereka. Dimana pada saat itu, tercetus sebuah ide bahwa sistem berkehidupan dan bernegara harus dipisah dari aturan agama, karena sebelum Barat mencapai kemajuan yang pesat. Peradaban Barat di kenal sebagai negara yang berasaskan negara Kristen dan peran Gereja sebagai sebuah lembaga keagamaan sangat kuat dan berkuasa di segala sisi kehidupan maupun sistem pemeintahan. Akibatnya, karena Gereja berkuasa di dalam kekuasaan politk, maka sesuatu apapun yang bertentangan dengan Gereja, pastilah tidak akan bertahan lama dan akan segera di bersihkan sampai ke akar-akarnya.

Contohnya bisa kita lihat pada kasus seorang ilmuan astronomi yang diadili Gereja karena meyakini sebuah fakta bahwa Bumi ini mengeliliingi Matahari, yaitu Galileo Galilei. Pada akhirnya ia  di hukum isolasi alias menerima hukuman tahanan rumah sehingga dia tidak di perkenankan di menemui siapa pun.
Contoh kasus diatas adalah salah satu contoh kasus yang di abad modern menjadi salah satu faktor menyebarnya ideologi sekularisme dan semakin mencuatnya ketidakpuasan masyarakat pada doktrin kekristenan dan campur tangan gereja pada area politik dan pemerintahan. Sekularisme sendiri berbunyi bahwa, agama harus di pisahkan dari kepentingan yang bersifat pilihan, politik dan duniawi, Mereka menganggap bahwa agama haruslah hanya berada pada sisi individu masing-masing, sedangkan dalam ruang lingkup massal dan komunitas agama tidak diperbolehkan di susupi kepentingan dan ideologi agama di dalamnya.
Sekulerisme di klaim sebagai salah satu faktor paling penting bagi Barat untuk bisa keluar dari abad  kegelapan menuju Abad Renaisans. Walaupun banyak faktor-faktor lainnya,termasuk sumbangsih peradaban Islam dalam proses itu. Namun faktanya bahwa Sekularisme lah  yang berperan menggulingkan kekuasaan politik gereja dan memulai yang namanya revolusi pemikiran, sehingga Barat pun keluar dari Abad kegelapan dan memulai peradaban majunya sendiri dengan banyak di temukannya penemuan-penemuan penting di bidang ilmiah,

Namun, sejatinya Sekularisme adalah pemicu kemajuan suatu bangsa? hal itu adalah sebuah argumen yang tidak sepenuhnya benar. Justru ada pula, kasus dimana sekularisme justru menjadikan sebuah Negara menjadi chaos ,kacau dan represif, seperti halnya apa yang terjadi pada Turki sekuler yang justru tak  lebih baik dari kepemmpinan sebelumnya, yaitu Turki Ustmani.

Bicara tentang Turki Ustmani yang bersistemkan Negara Islam. Ada fakta menarik yang justru kontradiktif dengan klaim Sekularisme sebagai faktor pemicu kemajuan suatu negara. Turki Utsmani dan Kesultanan Al-Andalus dI Spanyol adalah 2 contoh bagaimana agama menjadi pendorong kemajuan sebuah komunitas kecil di wilayah padang pasir yang tandus. Menjadikan mereka sebagai salah satu Peradaban paling besar dan paling maju di zamannya, Peradaban ini pula yang justru sebagai salah satu pemicu munculnya ideologi-ideologi penentang Gereja seperti halnya ideologi Sekularisme. Karena pada saat itu, banyak dari para pelajar-pelajar dari Barat yang menjadi pelajar di negara-negara Islam.

Islam membuktikan bahwa sebuah agama emang ditujukan untuk memperbaiki peradaban Manusia, bukan malah sebaliknya. Tetapi, mengapa hal itu tidak bekerja pada agama Kristen? dan ada pepatah terkenal yang mengatakan bahwa "Muslim maju karena agama, sedangkan orang Kristen maju karena meninggalkan agama". Hal itu tak lain dan tak bukan karena di dalam ajaran kedua agama ini sangat kontradiksi dan berlainan atar satu sama lainnya. Di Islam sendiri. beragama menggunakan logika adalah di wajibkan. Namun di dalam teologi Kristen, justru di haramkan sama sekali beragama menggunakan logika.Itulah perbedaan mendasar dari keduanya.

Namun,pada dasarnya kemajuan suatu bangsa tidaklah di nilai secara merata di setiap bangsa dan agama. Kita mengakui bahwa, saat ini kaum Barat adalah pemegang segala bentuk kemajuan teknologi dan peradaban. Dan hal itu tak lepas dari peran Sekularisme dan demokrasinya. Namun, point-point itu jika di terapkan pada bangsa lain dan negara lain, seperti Timur tengah yang pastinya kita ketahui agama Mayoritasnya adalah Islam,misalnya. Hal ini justru akan menimbulkan ke kacauan dan kemunduran. Bisa kita lihat pada negara- negara Timur tengah yang sedang berkecamuk saat ini, itu semua karena hadirnya ideologi-ideologi asing yang mengacaukan tatanan kehidupan yang telah tertata rapih sedemikian rupa. Ini bisa di katakan seperti,Lu ngasih obat keras ke kulit yang senstif, atau memberikan susu sapi ke anak kucing. Hal itu justru akan merusak, alih alih memperbaiki. Walaupun ,dalam Iklannya, dikatan, Kedua produk itu menyehatkan.

Sebagai contoh negara yang adalah Negara Jepang. Jepang, dengan percaya diri mengandalkan ideologi dan filsafat yang telah disusun oleh para leluhur mereka, dan berlangsung selama berabad-abad. Namun, tetap di beri sentuhan moderenitas. Dan lahirlah  Jepang modern yang kita kenal pada saat ini, serta kaisar Jepang tetap di akui sebagai keturunan dewa. Coba bayangkan, jika Jepang mengadopsi sistem Negara Islam ataupun Negara sekuler,misalnya. Jelas Jepang tak akan bisa semaju sekarang ini. Jepang bisa maju karena Iman.Jepang telah sejak lama tetap mempertahankan budaya dan keimanan kunonya,sehingga menjadikannya dapat move on dari semua bencana perang dunia di masa lalu.Dan lihatlah bagaimana Jepang saat ini menjadi salah satu negara paling maju di dunia dan paling tertib di dunia.Ya,Jepang sangat terkenal akan ketertiban nya dan mereka sangat lah terkenal dengan filosofi hidup nya.

Contoh lain adalah Negara Malaysia, Negara yang mengadopsi sistem negara Islam ini adalah salah satu negara paling maju di Asia Tenggara, mengalahkan Indonesia yang diakui mereka sebagai negara serumpun melayu. Pembangunan infrastruktur dan pendidikan sangat massive terjadi disana. Dalam bidang transportasi dan perekonomian pun, mereka lebih unggul dari beberapa negara tetangga. Itu tak lain dan tak bukan karena mereka tahu apa yang di butuhkan untuk menjadi maju.
Dua negara diatas adalah contoh, bagaimana mereka bisa sukses karena mengimplementasikan doktrin dan sistem yang telah berjalan dan dianut oleh mayoritas masyarakatnya menjadi sebuah sistem dasar Negara.
Mereka tidak silau dengan keberhasilan negara lain, lalu mencoba memaksakan kehendak untuk menerapkan ideologi mereka itu pada sebuah negara. Yang jelas-jelas ideologi itu sangat tak sesuai dengan doktrin agama,budaya, dan keseharian masyarakatnya.

Kita kembali ke negara kita tercinta, Indonesia. Dengan pemaparan panjang di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa ideologi yang sesuai untuk negara Indonesia ini adalah Ideologi Islam. Alasannya jelas, karena Mayoritas masyarakat Indonesia ini adalah beragama Islam, budaya Islam pun telah melekat selama beberapa generasi  di negara tercinta ini. Dan, jika kita menilik Malaysia yang menurut saya cukup heterogen. Sistem Negara Islam sangat bisa sekali, di terapkan di negara dengan berbagai suku bangsa dan agama seperti Indonesia ini.

Oiya, satu lagi yang menjadi sebab, mengapa ideologi yang berdasarkan doktrin mayoritas akan mengahasilkan kemajuan negara lebih besar daripada ideologi asing yang di paksakan? Selain karena masyarakatnya sudah familiar, selain itu juga kepatuhan mereka pada jauh pemimpin lebih besar. Bisa kita lihat pada kasus pandemi covid saat ini, dimana jika kita bandingkan kepatuhan rakyat Malaysia dengan Indonesia, sangatlah berbeda jauh. Itu tak lain dan tak bukan ,karena dalam Islam, mematuhi seorang pemimpin yang menegakkan hukum Islam adalah Wajib. Sama halnya, dengan bagaimana kepatuhan rakyat Jepang pada kaisar dan kebudayaannya.

Lebih jauh, di masa perang dahulu. Bahkan para penganut agama rela mengorbankan nyawanya demi agama dan para pemimpinnya. Satu lagi bukti nyata, para peserta demo 212, rela berpanas panasan berjemur di Monas. Semua itu tak lain dan tak bukan karena doktrin.

So, kesimpulannya. Daripada kita repot repot mengubah doktrin yang telah ada selama berabad-abad. Bukankah, lebih baik kita memanfaatkannya untuk kemajuan bangsa dan negara, dan menciptakan ketertiban serta keselarasan dalam bernegara. Sehingga cita-cita Indonesia untuk menjadi sebuah Negara yang maju dan berperadaban bisa terwujud. Coba renungkan

1 komentar:

  1. Setuju gan...sesuai logika,karena itu kalau sakit saya minum kencing onta,saya bunuh cicak supaya dapat pahala,kalau ada lalat jatuh ke minuman lalatnya celupin aja minumannya bisa diminum lagi..hidup islami

    BalasHapus